Cari Blog Ini

Kamis, 12 Oktober 2017

[Resensi] Peliknya Dunia Hantu


Oleh: Gita  Fetty Utami

Judul                     : Museum Anomali
Penulis                  : Ken Hanggara
Penerbit                 : UNSA Press
Cetakan pertama  : September 2016
Tebal buku             : viii + 171 hal. , 13 cm x 19 cm
ISBN                        : 978-602-74393-1-3


Ken Hanggara, salah seorang penulis muda berbakat tanah air. Karya-karya pemuda kelahiran tahun 1991 ini telah terbit di berbagai media cetak dan online. Ia juga menulis skenario untuk FTV. Saking produktifnya, ia mendapat julukan sebagai pemilik pabrik cerpen di kepala.

Tentu menjadi amat menarik ketika pembaca diberi kesempatan menikmati sebagian karyanya yang bertebaran tersebut. Maka hadirlah buku ini yang memuat 17 cerita Ken Hanggara, dimana 12 diantaranya dalam status pernah terbit dan 5 cerita baru.

Dalam buku  ini ia mengupas dunia hantu. Dunia yang mengesankan kehororan yang membuat sebagian besar orang enggan membicarakan.
Namun bagi seorang penulis seperti Ken, hantu adalah objek yang memiliki kehidupan mirip manusia. Hantu bisa melakukan pembenaran diri atas tindakan merusak yang dilakukannya.

Misalnya dapat kita baca dalam cerpen "Para Perasuk" halaman 11-20. "Sejarahku kupahami; dari benih siapa aku lahir, bagaimana Ibu mati, dan kenapa aku dibenci orang. Raja tahu aku cucu yang dulu tidak jadi mati. Dan ia masih berkuasa saat itu, sampai tubuh remaja yang kubawa hilang oleh penculikan dan jiwaku terbang mencari tubuh lain, untuk kemudian menghabisi setiap orang yang membuatku susah". Si hantu merasa sah-sah saja merasuk ke dalam tubuh banyak manusia.

Kehadiran hantu pun tak melulu berwujud seperti manusia. Dalam cerpen "Kunjungan Seekor Kucing di Hari yang Aneh" halaman 61-69, seekor kucing tiba-tiba saja menyambangi kamar "aku".  "Aku merasa hawa aneh nenyelimuti kamarku, setelah menyadari bahwa tidak ada satu pun kunci yang rusak. Kamarku benar-benar tertutup, dan seekor kucing liar dapat masuk sembarangan. Bagaimana mungkin?" Menjelang akhir cerita tokoh "aku" akhirnya tahu bahwa si pemilik kucing adalah teman kantor yang ia benci. Lalu ketika ia berniat mengembalikan hewan tersebut, ia mendapat kejutan horor.

Cara Ken membawakan ceritanya terasa amat mengalir. Unsur-unsur  pembentuk cerpen ia ramu dengan baik. Walaupun mengisahkan dunia horor dengan gaya absurd sekali pun, pembaca tetap mampu mengikutinya.

Contoh keabsurdan itu bisa kita baca pada cerpen berjudul "Dilarang Mencuri di Alam Mimpi" halaman 21-29. Tokoh "aku" bermimpi melihat jurang yang bibirnya dirimbuni pohon aneh dengan langit berwarna ungu. Pohon-pohon itu berwajah dan bisa bicara laiknya manusia, dan mereka tak tahu cara membagi giliran, sehingga yang terjadi ialah ucapan saling tumpang tindih yang bikin kepala pusing. Dalam dunia yang aneh itu "aku" bertemu dengan dua matahari kembar bernama Je dan Ko, dan sebatang pohon kaktus bernama Po. Mereka memberi tahu "aku" yang skeptis, bahwa mereka terjebak  karena berani mencuri di alam mimpi.

Untuk memperkuat kesan horor, buku ini memiliki tampilan yang sekilas menipu pembaca. Awal mula membuka lembaran demi lembaran, saya mengira kualitas cetakannya rendah. Karena saya melihat huruf-huruf yang sedikit 'blur', terutama pada judul tiap cerita. Belum lagi munculnya noktah-noktah hitam di tiap halaman. Unik, sebagai bentuk penegasan identitas bahwa buku ini memuat kumpulan cerpen horor kontemporer. Beresiko, karena pembaca yang awam akan memandang sebelah mata.

Bagaimanapun, buku ini membawa angin segar dalam khasanah sastra kita. Ternyata yang horor pun bisa dikemas dengan menarik dan kekinian. Sementara bagi penikmat sastra, buku ini layak mendapat tempat di dalam koleksi pribadi Anda.

"Bagaimana? Anda tertarik? Ada satu slot untuk penjaga gerbang depan, tapi dengan syarat: jangan banyak tanya. Rahasia adalah rahasia. Kerja adalah kerja. Nyawa adalah nyawa". (*)



Cilacap, 071216

*****

2 komentar:

  1. Pengen bangey beli bukunya Ken. Belum punya satu pun. Tapi mengingat masih banyak buku yang belum sempat dibaca saya tahan-tahan diri dulu ������

    BalasHapus