Cari Blog Ini

Sabtu, 03 Februari 2018

[Resensi] Antara Mimpi dan Realitas





(Dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat, Senin, 27 Nov'2017)

Judul              : Dream, If ...
Penulis.          : Redy Kuswanto
Penerbit         : Diva Press
Cetakan.        : Pertama, November 2017
Tebal.             : 268 hlm
ISBN               : 978-602-391-467-8

Setiap orang boleh  bermimpi ingin sukses seperti sosok idola masing-masing. Namun patut dicamkan dalam benak, mimpi pun tetap harus melihat kenyataan. Jangan sampai ambisi yang berlebihan untuk mewujudkan impian tersebut malah merusak diri sendiri, atau bahkan merugikan orang sekitar. Pesan inilah yang ingin disampaikan oleh penulis dalam novel remaja ini.

Dikisahkan,  gadis SMA asal desa Baranangsiang--sebelah ujung tenggara kabupaten Subang--bernama Mimi Tarmiyah yang bermimpi menjadi artis. Dia mengidolakan Titin Tuminah Hona, artis pendatang baru yang juga berasal dari desa. Bedanya Titin memang memiliki modal berupa keindahan suara didukung kecantikan fisik dan hati, sebaliknya  Mimi hanya sok cantik dan 'over pede'. Mimi sangat berambisi menjadi seperti Titin, mulai dari meniru penampilan sang artis, hingga mencari jalan agar dapat terkenal (hal. 54).

Berawal dari acara jumpa penggemar dengan Titin, seorang pria yang mengaku sebagai agen artis mendatangi Mimi lalu menawarkan kesempatan menjadi terkenal. Mengabaikan peringatan dari pacar dan sahabat di sekolah bahkan ibunya sendiri, Mimi nekad pergi ke Jakarta bersama seorang cowok suruhan si agen tersebut (hal. 87). Kemudian dimulailah petualangannya di Jakarta dengan menggenggam asa menjadi artis top.

Di ibukota, Valdo sang agen serta Brian sang tangan kanan, tak serta merta mewujudkan janji mereka. Mimi diajak menemui produser yang ternyata meminta imbalan uang pelicin puluhan juta. Karena gelap mata, Mimi  menelepon ibunya dan memaksa wanita tersebut menjual tanah warisan almarhum suami. Namun  ibunya menolak (hal. 162). Tanpa sepengetahuan Mimi, rupanya Valdo dan Brian merancang strategi untuk menipu Mimi. Pada akhirnya mereka berniat menjual gadis desa tersebut pada lelaki hidung belang (hal. 212).
Sementara di desa, orang-orang yang peduli pada Mimi tak tinggal diam. Berbekal sepotong informasi terakhir dari Mimi, dua cowok teman sekelasnya menyusul ke Jakarta mencari Mimi. Mereka seolah berkejaran dengan waktu untuk menyelamatkan Mimi dari ancaman 'trafficking'. Pada akhirnya kisah ini bermuara pada kesadaran Mimi. Ternyata masih ada jalan menjadi terkenal, tanpa perlu menjadi orang lain.

Redy Kuswanto berhasil membalut pesan moral ini dalam bahasa yang renyah dan memikat pembaca dari awal hingga akhir. Kekurangan berupa salah ketik di beberapa tempat tidak terlalu mengganggu konsentrasi membaca. Novel ini direkomendasikan untuk kalangan remaja dan orang tua.(*)
Cilacap, 181117

2 komentar: