Cari Blog Ini

Senin, 17 Desember 2018

[Review] Keluhuran Budi Seorang Anak Yatim


Oleh : Gita FU

Judul Buku            : Mukena untuk Ibu
Penulis.                  : Prajawan, S.Pd
Penerbit                 : JWriting Soul Publishing
Cetakan.                 : Pertama, Agustus 2018
Halaman                : 95 hlm, 14x20 cm
ISBN.                       : 978-602-5918-60-5


Mengajarkan anak-anak untuk berempati pada sesama antara lain bisa dilakukan melalui cerita. Ya, cerita anak yang sarat nilai edukasi, tapi dengan bahasa ringan supaya mudah dicerna. Buku ini salah satunya, novel anak yang ditulis seorang guru di sela-sela kesibukan mengajarnya.

Dikisahkan seorang anak yatim kelas 6 SD bernama Bayu, hidup dalam kondisi serba kekurangan bersama ibunya. Ibu Bayu bekerja keras sebagai buruh cuci piring di sebuah rumah makan yang cukup terkenal. Bayu sendiri bekerja paruh waktu selepas pulang sekolah, sebagai pencetak batu bata di ladang tetangga. Sungguh pun demikian, kemiskinan tidak mengurangi nilai positif dalam diri Bayu. Dia dikenal sebagai juara kelas, bersifat santun, dan baik hatinya (hal.3).

Namun malang tak dapat ditolak. Akibat terlalu memaksakan diri, ibu Bayu jatuh sakit. Sakit keras yang dialaminya  membuat roda perekonomian makin tersendat, karena ibu Bayu mesti absen bekerja. Tentu saja hal ini mengusik Bayu.  Sebagai anak yang bertanggung jawab, Bayu tergerak menggantikan pekerjaan ibunya di rumah makan itu. Bagaimana reaksi ibu Bayu? Tentu saja beliau berkeberatan. Namun Bayu gigih meyakinkan ibunya, sehingga wanita tersebut mau juga mengijinkan. Setelah itu Bayu menghubungi sang pemilik rumah makan. Awalnya dia ditolak dengan alasan belum cukup umur. Syukurlah berkat rekomendasi salah satu pegawai, sang pemilik akhirnya menerima Bayu bekerja paruh waktu (hal. 29).

Pada dasarnya Bayu mudah menyesuaikan diri. Dia rajin dan ramah. Hal ini menjadikan Bayu disukai majikannya. Sayangnya, putri sang majikan yang bernama Devi justru memusuhi Bayu. Rupanya mereka sekelas. Di sekolah Bayu adalah juara kelas, sehingga Devi menyimpan dendam dan iri hati pada prestasinya.
Berbagai hal Devi lakukan untuk menyakiti Bayu di rumah makan ayahnya tersebut. Namun Bayu bertahan dan menahan diri.

"Bayu teringat pesan Ibu untuk selalu bersabar dalam menghadapi segala cobaan. Ia juga sudah mengira Devi akan berbuat semena-mena terhadapnya. Di sekolah Devi juga menggunakan segala cara untuk menjatuhkan prestasi Bayu." (Hal. 32).

Puncak balas dendamnya, Devi melakukan fitnah keji pada Bayu. Akibatnya Bayu diusir dari rumah makan. Akankah kali ini Bayu berhasil keluar dari kematangannya?

Alur cerita dalam novel ini lurus dan sedikit mirip sinetron  di layar televisi. Terutama di bagian konflik yang dialami Bayu. Mungkin hal ini disebabkan sasaran utama pembaca adalah anak-anak.  Pesan yang ingin disampaikan penulis antara lain kejujuran dan sikap pantang menyerah. Dengan bersikap jujur niscaya mendatangkan kemujuran, dan meskipun dalam kondisi kekurangan hendaklah kita tetap berjuang meraih prestasi. Di luar kekurangannya buku ini  layak dibaca,  khususnya bagi anak-anak sekolah dasar. (*)

Cilacap, 171218

4 komentar:

  1. Whoaa... Bacaan bugita keren2....

    BalasHapus
  2. Baru mo bilang kok sinetron banget 😂. Tapi sungguh penasaran apakah bisa dipahami sama anak-anak? Ini buku anak kan ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Sab, buku anak 😁
      Kayaknya bisa, Sab ...

      Hapus