Cari Blog Ini

Jumat, 07 Desember 2018

[Review] Kisah yang Membuatmu Makin Percaya Tuhan

Oleh: Gita FU

Saya yakin sudah banyak ulasan mengenai novel fenomenal ini di internet. Karena itu saya tidak akan mengulas plot, kelebihan atau kekurangan cerita seperti biasanya.
Lalu apa yang mau saya angkat dari novel ini? Jawabannya: ide tentang kesadaran adanya kuasa Tuhan dalam medium apapun.

Begini, dalam hidup kita pasti ada yang namanya titik rendah. Yaitu semua sikap negatif saat menghadapi problematika kehidupan. Bahkan mungkin yang paling buruk ialah mempertanyakan di mana Tuhan saat saya butuh? Begitu, bukan? Nah, bagian terpanjang dari kisah Pi Patel ini ada pada bagian itu. Titik terendah hadir dalam bentuk dia kehilangan seluruh anggota keluarga, tercabut dari rumah, lalu terombang-ambing di tengah samudera Pasifik berminggu-minggu, ditemani seekor harimau Bengal--dan ajaibnya tidak memakan Pi. Siapa yang bisa dia andalkan? Tak ada. Hanya kewarasan dirinya sendirilah yang bisa menolong. Dan untuk tetap waras dia butuh keyakinan kuat pada Tuhan.

Pi merangkai seluruh kejadian yang menimpanya sebagai takdir Tuhan. Termasuk keberadaan Richard Parker sang harimau pun sudah diatur Tuhan. Segala keajaiban hidup di tengah laut beserta makhluk-makhluk yang muncul di hadapannya, dia maknai sebagai pertolongan Tuhan. Setiap dia merasa frustasi dengan nasibnya hingga terpikir mengakhiri hidup, kembali dia ingat Tuhan.

Karena imannya yang kuat pada konsep Tuhan sebagai Mahasegala, Pi menganut nyaris semua agama. Dia menjalankan ibadah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Sikh. Karena bagi Pi semua cuma soal tata cara. Intinya adalah penghambaan pada Tuhan. Begitulah cara Pi bertahan hidup.

Sungguh buku ini membawa saya pada petualangan yang seru, menghibur, dan kontemplatif. Layak dibaca. (*)

Cilacap, 071218

6 komentar:

  1. Belum pernah baca tapi sudah nonton filmnya. Saya terkesan bagaimana cerita ini berjalan dengan hanya berkolasi pada 1 tempat yaitu tengah laut😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau baca bukunya, lebih terasa kontemplatif Sab. Kalo film jelas unsur hiburannya diutamakan.

      Hapus
  2. Referensi bacaan bagus lagi nih....

    BalasHapus