Cari Blog Ini

Jumat, 25 Januari 2019

[Review] Menyelami Mimpi Sang Pelaut Tua


Oleh: Gita FU

Judul Buku     : Kapal Selam Mimpi dan 16 Kisah Aneh Lainnya
Penulis.           : Fazamatahari
Penerbit.         : Gramedia
Cetakan.          : Pertama, November 2015
Tebal.               : ix+139 hlm
ISBN                 : 978-602-03-1898-1


Setelah pensiun sebagai teknisi mesin di kapal asing yang berlayar keliling dunia, Pak Pelaut Tua menghabiskan hari-harinya dalam kedamaian bersama keluarga putranya di sebuah pulau kecil.

"Selepas subuh, ia akan berjalan menyusuri pantai sambil melihat matahari merayap naik. Ia lalu pulang dan menyaksikan kesibukan cucunya berangkat sekolah. Ia akan mandi dan sarapan, lalu duduk diam atau menonton televisi. Semakin hari, rasanya waktu tidur siangnya semakin panjang. Sore hari ia akan membersihkan halaman rumah dan menyirami tanah yang kering. Lalu malam akan datang dan begitulah hari itu berakhir." (Hal. 4).

Hingga di suatu pagi, Pak Pelaut Tua menemukannya: sebuah kapal selam tua terdampar di balik tanjung karang. Mula-mula ia menyembunyikan keberadaan benda itu dari masyarakat. Kemudian ia memasuki bagian dalamnya, mencari tahu benda apa yang masih tersimpan di sana. Tak dinyana, Pak Pelaut Tua menemukan pintu lain ke dunia paralel! Di dunia satunya, ia disambut aneka keajaiban luar biasa. Gairah hidupnya pun kembali. Sejak itu rutinitasnya berubah; dari pagi hingga matahari terbenam ia berkelana di dunia paralel.

Lewat cerpen "Kapal Selam Mimpi" ini penulis mengajak kita mengikuti mimpi-mimpi terpendam Pak Pelaut Tua. Ya, rupanya dunia paralel tersebut adalah  mimpi si pelaut tersebut untuk kembali bertualang ke tempat-tempat baru; menemukan keajaiban yang menggairahkan laksana semangat masa muda (hal. 12).

Ilustrasi Pak Pelaut Tua dan dunia paralelnya.


Cerpen ini menyelipkan pesan moral, bahwasannya manusia itu tak pernah puas, selalu saja ingin menuntaskan hasrat selama masih memiliki hayat. Terkadang mimpi-mimpi diperlukan untuk menjaga semangat hidup. Namun kita pun tetap harus tahu batas untuk berhenti.

Masih membahas tentang impian, cerpen "Professional Daydreamer" di halaman 59 mengisahkan Cynthia seorang ilustrator lepas. Semenjak kecil ia sudah suka menggambar. Saat kuliah ia magang dan bekerja lepas di beberapa biro ilustrasi sehingga ia sekarang memiliki beberapa klien tetap.

Cynthia menamakan pekerjaannya sebagai professional daydreamer. Karena hampir seluruh proses menggambarnya dilakukan sambil melamun, dan ia dibayar untuk itu. Ini benar-benar pekerjaan impian Cynthia yang menjadi kenyataan. Namun kini ia malah memutuskan berhenti menjadi ilustrator lepas, dan mencari pekerjaan kantoran penuh waktu.

Hal. 61

Di atas bus yang akan membawanya ke Jakarta untuk bereuni dengan teman-teman masa kuliahnya, Cynthia berkontemplasi. Sudah saatnya ia memberi kesempatan bagi dirinya pindah ke dunia yang lebih realistis. Karena ia butuh mempelajari hal-hal baru, dan bertemu orang yang berbeda setiap hari (hal. 62).

Di luar dua judul di atas, masih ada 15 judul lain, yang pendek maupun panjang, dan semua menarik. Sebut saja "Buku-buku yang Tidak Dapat Dibaca", "Pemilihan Umum", "Mimpi Hutan Pinus", "Meja Batu Milikku, di Tengah Dunia Milikku", "Seluas Apakah Pelangi", "Sebuah Rumah yang  Terletak di Tengah Kebohongan","Kutukan Persia", "Rusa Pohon Niwa", "Pewaris Naga Laut", "Dongeng Si Anak Sirkus", "Rusa dan Beruang", "Nenek Sihir dan Ilmuwan Kimia", "Di Negeri Permen dan Cokelat", "Mimpi Bawah Laut Sang Wanita Karier", dan "Bear Dream in Windowpane".

Beberapa di antaranya dilengkapi ilustrasi buatan sang penulis sendiri. Ia meramu cerita-cerita dengan kesegaran yang tak biasa. Ada citarasa dongeng pada tulisannya. Saya pribadi tidak bosan membacanya sampai akhir.
Dan selalu ada makna yang saya temukan di balik kumpulan imajinasi tersebut. (*)

Cilacap, 250119







Tidak ada komentar:

Posting Komentar