Cari Blog Ini

Kamis, 14 Maret 2019

[Resensi] Menemukan Buku Bacaan yang Tepat

Kaver depan

(Tersiar di harian Kabar Madura edisi Selasa, 12 Maret 2019)

Sumber: e-paper Kaber Madura


Oleh: Gita FU

Judul            : 35 Buku Paling Inspiratif Pilihan Sam Edy
Penulis         : Sam Edy Yuswanto
Penerbit      : Pasific Press
Cetakan      : Desember, 2018
Isi.                : x+156 hlm
ISBN            : 978-623-7012-00-9

Memilih bacaan berkualitas terkadang cukup merepotkan. Banyaknya pilihan buku yang beredar, membuat kita harus benar-benar mempertimbangkan, mana buku bacaan yang tepat sesuai kebutuhan. Ibarat kita butuh memilih tempat makan dengan menu yang cocok serta harga bersahabat, tentu kita memerlukan bertanya pada orang lain. Dalam hal ini orang yang kita tanyai haruslah orang yang memahami dunia kuliner. Kembali ke masalah mencari buku bacaan yang tepat, maka orang yang layak kita mintai pertimbangan adalah pengulas buku.

Sam Edy ialah seorang pengulas (penulis review) buku yang sering mengisi halaman berbagai media massa. Melalui buku ini Sam Edy memilihkan 35 judul bacaan yang pernah diulasnya, dan sebagian besar telah tayang di media massa, sebagai rekomendasi bagi Anda. Buku-buku dari berbagai penerbit tanah air semisal: Mizan, Mizania, Bentang, Gramedia, Quanta, Diva Press, dan lainnya;  memuat aneka tema menarik dengan umur terbit maksimal tahun 2016.

Tampilan kaver buku ini didominasi warna putih, ditambah ilustrasi seorang pria tengah menyesap minuman dan memangku sejumlah buku. Hal tersebut membuat judul bukunya tampil menonjol; perwajahan buku yang memikat hati, menimbulkan rasa penasaran pembaca.

Sam Edy merangkum  kisah nyata Nyoman Sakyarsih, seorang ibu muda yang berprofesi sebagai dokter hewan dan berpraktik mandiri di Jakarta selama 7 tahun dalam ulasan berjudul "Petualangan Seorang Ibu Mendaki 30 Gunung Bersama Anaknya". Ulasan dibuat dari buku berjudul "Nyomie & Max" karya Nyoman Sakyarsih, terbitan Qanita, Juli 2018 (halamanal 17).  Nyoman  adalah sosok yang sangat mencintai alam pegunungan dan telah berhasil bertualang mendaki 30 gunung bersama Max, buah hatinya yang masih kecil dan begitu aktif.

Dikisahkan pertama kalinya Nyoman membawa Max mendaki Gunung Bromo pada bulan Mei 2013, ketika Max baru berusia 5 bulan. Kepergian Nyoman ke Bromo dikarenakan ia sedang mengalami kegalauan dalam hidup, juga menjadi semacam titik balik baginya untuk kembali mendapatkan esensi kehidupan.
Nyoman pun membagi kiat mendaki bersama buah hati yang masih kecil. Seperti memperhatikan soal keamanan mendaki, mempersiapkan  perbekalan yang penting-penting saja, dan pengetahuan akan medan yang akan ditempuh.

Inspirasi lainnya bisa Anda dapatkan pada ulasan berjudul "Ketika Anak Muda Berbicara Politik" dari buku berjudul "Anak Muda & Masa Depan Indonesia" karya J.J. Rizal, dkk (Mizan, Maret 2018) pada halaman 30. Buku ini berisi kumpulan pemikiran, aspirasi, mimpi, harapan, kritik, dan kegelisahan kaum muda kekinian Indonesia terkait isu-isu sosial, politik, ekonomi, hukum serta sosial budaya yang berlangsung di era pemerintahan Presiden Joko Widodo. Mereka, para pemuda ini, berasal dari berbagai latar belakang sosial, pendidikan, profesi, serta komunitas yang tersebar dari Aceh sampai Papua (halaman 31).

Para pemuda itu antara lain: Dimas Oky Nugroho, pendiri sekolah pemimpin muda Kader Bangsa Fellowship Program (KBFP); Hotmatua Hamonangan Silalahi, pemuda yang aktif dalam berbagai program pengembangan komunitas; Muhammad Adam, pemuda yang saat ini bekerja di Kedutaan Besar Australia Jakarta; Edward Wimon Kocu, pemuda yang menyelesaikan studi S2 di FISIP UGM; dan Dina Dwi Rahayu, alumnus FISIP Universitas Brawijaya.

Masing-masing tokoh pemuda di atas mengungkapkan pemikirannya mengenai peranan pemuda yang dibutuhkan di masa kini, kecakapan yang harus dimiliki, serta bagaimana mengatasi permasalahan di bidang politik dan lainnya. Misalnya untuk mengatasi masalah intoleransi di negara kita yang heterogen, menurut Dina Dwi Rahayu, negara perlu belajar dari Desa Adat Ngadas--sebuah desa adat wilayah asli masyarakat suku Tengger. Di sana umat beragama Hindu, Budha, dan Islam hidup berdampingan, saling menghormati satu sama lain.

Tak hanya inspirasi dan motivasi dari buku bergenre non-fiksi, Sam Edy pun mengulas beberapa buku sastra. Salah satunya adalah ulasan berjudul "Kasih Sayang Ibu pada Anaknya" dari buku kumpulan puisi  anak berjudul "Siapa Mau Jadi Presiden?" karya Faiz ( Dar! Mizan, Maret 2018) di halaman 57. Abdurahman Faiz yang telah dikenal luas sebagai penulis berbakat, menyusun kalimat-kalimat yang  menyentuh hati; temanya pun beragam.

Salah satu puisi Faiz berjudul "Puisi Bunda"  menggambarkan tentang kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya, ditulis dengan bahasa sederhana namun sarat makna. 'Bunda hanya sedikit mengarang puisi untukku. Tapi semakin lama kuamati, senyuman bunda adalah puisi, tatapan bunda adalah puisi, teguran bunda adalah puisi, belaian dan doanya adalah puisi cinta yang disampaikannya padaku tak putus-putus, bahkan bila kutidur'.

Tentunya masih banyak ulasan buku yang lain dalam buku ini. Anda tinggal menguliknya sendiri, untuk kemudian dijadikan bekal membeli buku bacaan yang tepat sesuai selera Anda. Di luar beberapa kesalahan ketik  di dalamnya, buku karya Sam Edy ini sungguh bermanfaat. (*)

Cilacap, 190219

Gita FU, pembaca buku kelahiran Pontianak 3 Desember 1981. Karya solonya adalah buku  kumpulan cerita anak 'Pekerjaan Rahasia' (JWriting Soul Publishing, Agustus 2018).

4 komentar:

  1. Kereeen mbak, salut! Makin banyak karya. ��

    BalasHapus
  2. Aku gak asing sama Mizan dan Diva press tuh mbak. SOalnya dulu pernah jadi panitia pameran buku hehehe. Btw smg tulisan dan karya2nya smkn banyak jg yah mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, pengalamannya banyak ya, Bang?
      Aamiin, doa yang sama untukmu.

      Hapus