Cari Blog Ini

Selasa, 26 November 2019

Kisah-kisah Hewan Piaraan yang Bakal Menghangatkan Hati Kita

Me and My Pet with Ciput. Dokpri

Oleh: Gita FU

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

 Semangat pagi sobat kopidarigita! 😍 Jumpa lagi di postingan terbaruku. Kali ini aku akan mengulas sebuah  kumpulan kisah nyata para penyayang binatang piaraan. Lebih tepatnya ini adalah buku  antologi para pemenang  lomba yang diadakan Diva Press setahun lalu, bertajuk Me and My Pet.

Aku antusias melihat kavernya yang 'eye-catching'. Ilustrasinya melukiskan kucing, anjing, kura-kura, burung, ikan, dan tikus--eh, kok, ada tikus? Hahaha, tambah penasaran, kaan? Sabaaar. Setelah kubuka, rupanya ada 23 kisah mengisi buku. Tapi tidak terlampau tebal, cuma 148 halaman saja.

Mengingatkan aku pada seri Chicken soup for the soul, kisah-kisah yang tersaji cukup seru, ada yang lucu, inspiratif, dan juga kontemplatif. Terlihat dari sini seleksi yang dilakukan Diva Press, memilih kisah-kisah yang mewakili pesan-pesan tersebut di atas. Mari lanjut. πŸ˜‰

Aku menyukai beberapa cerita dengan pesan yang cukup menohok hati, yaitu: Prasangka (Titien Setyarini), Suara Sumbang tentang Kucing (Fadilah Jaa), One Eye Cat (Reni Soengkunie), Me and My Little Rat (Muhammad Getar), Kesetiaan Raka (Nikmal Abdul), Kelinci Baru untuk Si Sulung (Muyassarah), dan Me and Dinky (Maitra Tara). Kenapa? Karenaaa:

1. Prasangka, hal. 19

Dengan gaya bahasa 'gue', Titien curhat tentang seekor kucing gendut bernama Sunyuk. Kucing jantan berwarna belang hitam putih ini kata Titien aslinya adalah kucing milik tetangga. Tetapi lebih betah main ke rumahnya, sampai nginap segala. Awalnya semua baik-baik saja. Antara Titien dan Sunyuk berjalan suatu hubungan akrab antara manusia dan kucing, hingga suatu ketika terjadi sesuatu. Jreng jreeenggg.

Waktu itu Titien mandi seperti biasanya. Tiba-tiba dari celah dinding kamar mandinya yang berhadapan dengan taman belakang, terdengar suara mencurigakan. Spontan Titien menoleh, dan dia kaget begitu tahu itu adalah Sunyuk yang sedang mengintipnya mandi! 😨😨 Titien reflek membanjur segayung air mengusir si kucing.

Setelah kejadian Sunyuk mengintip, Titien mengalami hal lain yang bikin dia dag-dig-dug: dia belum haid padahal sudah lewat 2 Minggu dari siklus! 😨😨 Nah, mulailah dia menghubung-hubungkan semuanya dengan kehadiran Sunyuk. Jangan-jangan itu karena dia dan Sunyuk terlalu dekat.

Endingnya sedih, sih. Karena prasangka itu, Sunyuk pergi dan tak kembali lagi ke rumah Titien ataupun rumah majikan aslinya. Makanya, meskipun pada hewan piaraan ya, kita nggak boleh asal curiga dan menuduh yang bukan-bukan. 😩 Tabayun, cek dan ricek, riset, atau apalah dahulu, gitu. Karena kalau yang kita sayangi telanjur pergi, barulah penyesalan itu datang (eaaaaak).

2. Suara Sumbang tentang Kucing, hal. 25

Teman-teman pasti pernah dengar omongan orang, "Ih, jangan dekat-dekat kucing! Ada virus toksonya! Bisa bikin mandul!" Ya, soal virus toksoplasma yang dibawa kucing, emang, sih, ada benarnya. Karena kucing adalah hewan berdarah panas yang merupakan tempat kesukaan si virus. Tapi untuk bisa menulari manusia, tetap membutuhkan persyaratan alias nggak semudah mengoleskan roll on ke ketek.

Si penulis kisah ini membantah suara-suara sumbang tersebut. Dia menceritakan sejak menikah, hamil, lalu melahirkan, dirinya tak bisa benar-benar menjauhi makhluk berbulu lembut, dan imut tersebut. Karena dia sudah kadung menjadi penyayang kucing semenjak kecil. Walaupun dia tak memungkiri, sempat terselip perasaan khawatir jika mendengar suara-suara sumbang tentang kucing.

Demi mengatasi kekalutannya, sewaktu hamil Fadilah berusaha mencari informasi-informasi valid tentang kucing, dan kaitannya dengan kesehatan manusia. Dari situ dia jadi tahu bahwa penularan virus toksoplasma ke manusia terjadi melalui feses kucing. Dia pun lalu menghindari interaksi langsung dengan kotoran hewan itu.

Selain itu Fadilah pun menuliskan, asalkan si pemilik merawat secara baik dan benar serta menjaga kebersihan kucingnya, maka inisyaallah kucing tersebut akan terbebas dari virus toksoplasma.

Akhirnya Fadilah berhasil mengatasi suara-suara sumbang tentang kucing. Karena Alhamdulillah bayinya lahir sehat, bahagia, hingga kini telah berusia satu tahun. Bahkan kesukaan Fadilah pada kucing telah menurun pula ke anaknya itu. Tuh, kan, jangan langsung termakan katanya sebelum kita cari tahu kebenarannya.

3. One Eye Cat, hal. 32

Kisah yang mirip dituliskan oleh Reni. Ia pun penyayang kucing sejak kecil, berkebalikan dengan sang suami.

Tiga tahun lalu ia menemukan kucing telantar tengah meringkuk kedinginan di dekat pintu gerbang, di bawah guyuran hujan deras. Tanpa pikir panjang ia memungut dan menolong si kucing. Hati Reni semakin terenyuh setelah mengetahui bahwa satu mata si kucing tertutupi nanah.

Ia kemudian berhasil meyakinkan suaminya untuk memperbolehkan si kucing menjadi bagian dari mereka. Hari-hari berlalu, kucing yang dinamai Jeni itu menjadi hiburan tersendiri bagi mereka berdua.

Di tahun keempat pernikahan, Reni dan suaminya belum dikaruniai anak. Suara miring pun sempat menerpa mereka, karena lebih memilih memelihara kucing padahal belum punya anak. Mungkin orang-orang itu ikut khawatir terhadap kemungkinan virus toksoplasma yang bisa menjangkiti Reni.

Tetapi bagi Reni, masalah anak adalah hal yang berbeda. Baginya, Jeni telah membawa kebahagiaan tersendiri, dan keberadaannya bukanlah musibah.

4. Me and My Little Rat, hal 57

Penulisnya mengisahkan satu kejadian tak terlupakan, ketika ia dan keluarganya masih tinggal di suatu perumahan milik sekolah, kala ia masih kelas 4 SD. Mereka selalu diganggu oleh tikus-tikus nakal. Telah bermacam cara diupayakan untuk meredam gangguan makhluk pengerat itu, mulai dari memasang racun hingga perangkap tikus.

Suatu siang bapaknya Getar (si penulis) melakukan tindakan kekerasan: beliau memukul tikus-tikus yang berkeliaran itu dengan pemukul kayu. Getar pun turut mengambil kayu. Ada seekor tikus kecil yang berhasil terkena pukulannya hingga tak berkutik. Tetapi ia malah jadi tak enak hati melanjutkan pukulannya.

Kemudian tikus kecil itu ia tempatkan di sebuah kardus, dan ia rawat sampai sembuh. Ya, Getar menjadikan tikus kecil itu hewan piaraan. Setelah itu selayaknya anak-anak, ia pun memamerkan si tikus di depan teman-temannya di sekolah.

Sayang, bapaknya menjadi hilang kesabaran menghadapi polah Getar. Beliau menyuruh anaknya untuk membuang tikus itu. Walaupun Getar menyukainya, faktanya tikus tetaplah tikus; hewan yang kotor dan membawa penyakit.

5. Kesetiaan Raka, hal. 91

Kata orang, kelinci jantan itu playboy. Tapi tidak berlaku untuk Raka, hewan piaraan Nikmal Abdul. Kelinci jantannya ini sudahlah mudah diurus, setia pada satu betina pula.

Ceritanya sekian lama Raka dipiara seorang diri, abangnya Nikmal berinisiatif membelikan kelinci betina sebagai teman. Betina berbulu putih itu dinamai Lily. Reaksi Raka terlihat amat senang dengan si betina. Bahkan jatuh cinta. Ini ditunjukkan dengan tingkahnya yang selalu mengekori Lily, mengendus-endus pipi, dan badannya. Sayang, cinta Raka bertepuk sebelah tangan. Namun Raka tak menyerah, terus berjuang mendapatkan perhatian si Lily.

Hingga di hari keenam, sesuatu terjadi pada Lily. Si betina tergolek lemah, tak merespon sedikit pun pada sentuhan Raka. Setelah diperiksa, ternyata Lily telah mati. πŸ˜– Saat proses penguburan Lily, Raka terlihat tidak terima. Sampai-sampai ia harus digendong supaya tidak mengganggu.

Pasca kepergian Lily, keluarga Nikmal mengupayakan kelinci betina lain sebagai pengobat kesedihan Raka. Tapi apa yang terjadi? Meskipun mereka membelikan 2 betina baru, yang dinamai Lea dan Lily (baru), Raka tetap adem saja. Cintanya tetap untuk Lily (lama). 😩
Luar biasa.

6. Kelinci Baru untuk si Sulung, hal. 97

Kisah dari Muyassarah ini mengandung pelajaran buat para ibu termasuk aku. Terutama dalam hal menunjukkan dukungan moral dan material terhadap kegiatan positif sang buah hati.

Ketika sulungnya menginginkan hewan piaraan, sisi egois penulis membuatnya menolak mentah-mentah keinginan itu. Dalam pikirannya, anak kecil umur 6 tahun tentu belum bisa mengurus hewan tanpa melibatkan dirinya. Padahal ia sudah merasa cukup repot dengan urusan pekerjaan rumah tangga sehari-hari, tanpa harus ditambah merawat hewan yang hanya menyumbang kotoran saja.

Namun di luar dugaan. Setelah sang suami mengizinkan si sulung memiliki kelinci dengan syarat harus mau ikut mengurusnya, bocah lelaki itu mampu menepati tugasnya. Setiap hari putranya yang pendiam dan pemalu, antusias pergi sendiri ke tukang sayur membawa catatan dari orang tuanya, demi membeli pakan si kelinci. Putranya pun mau ikut membersihkan kandang kelinci. Semuanya karena si sulung tampak benar-benar menikmati interaksinya dengan si kelinci putih.

Hingga di suatu hari yang berhujan angin, si ibu ini enggan membawa masuk kandang kelinci tersebut. Alasannya karena malas membersihkan air kencing yang pasti akan tetap mengenai lantai rumah. Akibatnya keesokan harinya kelinci itu sakit, lalu mati. Dan berdukalah putra sulungnya. Ia yang menyaksikan kesedihan si sulung pun menyesal teramat sangat. 😣πŸ˜₯

7. Me and Dinky, hal. 145

Maitra Tara mengisahkan tentang Dinky, anjing berbulu hitam putih yang ia adopsi dari jalanan. Meskipun Dinky telah dua tahun menjadi temannya berlari-lari pagi dan sore hari, kebiasaan menggonggong anjing itu tetap menjengkelkan baginya. Ya, kebayang, sih. Wong apa aja digonggongi: anjing lain lewat, tukang pos masukin surat, tamu datang, panci dan blender tetangga berbunyi karena sedang dipake. πŸ™„

Nah, suatu malam si Dinky ini berisik terus, padahal anak-anak pemilik rumah sedang les. Jengkellah ia pada si anjing. Mula-mula ia hanya berseru menyuruh Dinky diam, tidak digubris. Lempar sandal ke hadapan Dinky, cuma diam sebentar terus menggonggong lagi. Puncaknya, ia memukul kepala si Dinky, barulah diam.

Tapi ada yang berubah dari Dinky. Setelah kepalanya dipukul, besoknya ia diaaaam saja. Dipanggil, nggak bereaksi. Disodori makanan dan air, nggak disentuh. Ketika Maitra memanggilkan dokter hewan, diagnosanya sehat, hanya kemungkinan si Dinky trauma karena habis dipukul.

Malam itu juga sebelum tidur, Maitra meminta maaf atas tindakan kasarnya pada Dinky. Ia elus-elus bulunya, sekaligus berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ajaib, esok hari Dinky pulih seperti sedia kala.

Makanya, hewan pun punya perasaan ya, sobat. Mereka bisa marah, sedih, bahka merajuk jika kita bersikap kasar. Duh, aku jadi inget kisahku sendiri yang pernah membentak dan memukul Jepri waktu dia beol sembarangan di dapur. πŸ˜” Jepri langsung kabur nggak pulang 2 hari. Aku cemaaas banget plus nyesel. Pas dia mau pulang aku segera minta maaf. Baru setelah itu tingkah Jepri normal kembali, dalam artian nggak takut sama aku.

Nah, demikian ulasanku kali ini. Selain 7 kisah di atas, tentu saja masih banyak kisah lain di buku ini yang tak kalah menarik. Semoga bermanfaat ya buat sobat semua. 😁 Oiya, berikut data bukunya:

Judul.      : Me and My Pet
Penulis   : Muhammad Getar, dkk
Penerbit : Diva Press
Cetakan. : Pertama, Februari 2018
Isi            : 148 hlm
ISBN        : 978-602-391-509-5
Harga      : Rp 38.000 (P. Jawa)

Happy reading!

#review
#ragam

5 komentar:

  1. Ulasannya komplit mbak, mantul.

    Kalau aku nih bukan pembenci binatang, tapi juga bukan penyayang yang sampai melihara. Di rumah kucing banyak berkeliaran, entah siapa pemiliknya. Ehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pemilik sejatinya ya Gusti Allah ya, mbak 😁
      Gpp yang penting bukan Pembenci ya mbak
      Maturnuwun udah mampir.

      Hapus
  2. 🀣memelihara binatang gak semudah yg terlihat. Gak kebayang yg punya banyak hewan tp ttp sabaaarπŸ’†‍♀️

    BalasHapus
  3. Aku nggak punya hewan parahnya Mbak

    BalasHapus