Cari Blog Ini

Senin, 16 Maret 2020

[Resensi] Mengasah Kepekaan Anak Melalui Puisi

Tersiar di Padang Ekspres edisi Minggu, 15/3/20




Oleh: Gita FU


Buku Kumpulan Puisi Anak "Dongeng Pohon Pisang". Dokpri.

Judul Buku : Dongeng Pohon Pisang
Penulis        : Achmad Sultoni
Penerbit      : Gambang Buku Budaya
Cetakan.      : Pertama, Mei 2019
Tebal            : ix+53 hlm.
ISBN.            : 978-602-6776-84-6


 Mari kita ajak anak-anak belajar mengenal lingkungan sekitarnya lewat puisi. Kenapa puisi? Karena puisi adalah bahasa keindahan. Melalui  bahasa yang indah,  perasaan anak-anak yang halus mudah tersentuh. Setelah  perasaannya tersentuh, maka jiwa anak-anak menjadi peka. Jiwa yang peka mudah diisi pelajaran dan hikmah yang baik-baik.  Puisi pun merupakan jendela cakrawala pengetahuan. Kita bisa menyampaikan perihal penciptaan alam semesta, kasih sayang kepada keluarga, hingga cara membuat layang-layang. 

Puisi-puisi dalam buku Dongeng Pohon Pisang ini telah digubah dengan bahasa sederhana, tapi sarat makna. Anak-anak akan mudah menyelami mutiara hikmah di dalamnya, sekaligus mendapatkan wawasan baru. Sementara bagi pembaca dewasa akan merasa diajak bernostalgia tentang keriaan  masa kecil, kala bermain di  tanah lapang dan sungai.

Puisi berjudul "Sungai Kecil di Kampungku" (hal. 16), mengajari anak-anak tentang fungsi sungai. Sungai yang mengalir tenang adalah rumah bagi ikan-ikan air tawar. Kita tidak boleh membuang sampah di sungai, karena perbuatan itu menyakiti sungai. Nantinya sungai pun berbalik menyayangi kita, airnya tak akan bikin banjir rumah-rumah. Bukankah ini pesan yang faktual? Mengingat banjir kerap terjadi akibat meluapnya sungai yang menjadi dangkal oleh sampah,  puisi ini dapat mengingatkan anak-anak sejak dini.

Anak-anak lalu diajak mengenali satu jenis buah yang  sederhana penampilannya. Buah ini dulu di masa kecil kita mungkin dianggap sepele, karena sering ditemukan tumbuh liar terutama di pematang sawah. Namun kini sawah makin menciut, buah ini turut  jarang ditemukan. Padahal ternyata banyak manfaatnya bagi kesehatan. Sehingga supermarket modern mau menjualnya, tentu dengan harga mahal. "Buah Cimplukan bulat seperti bola mata/ tumbuh liar di semak belukar// Cimplukan buah ajaib/ benteng segala penyakit//" (Buah Cimplukan, hal. 24).

Pohon-pohon pisang pun punya cerita untuk anak-anak. Mereka berkisah tentang  rupa-rupa jenis pisang, aneka resep mengolah pisang, hingga manfaat  yang diberikan buah pisang pada kita. Semuanya ada di puisi "Dongeng Pohon Pisang" (hal. 41). 

"Menyusuri jalanan kampung/ yang lengang/ ada banyak pohon pisang/ pohon pisang yang mungil-mungil/ berbaris memenuhi halaman/ halaman rumah//".

Ada pula puisi tentang keriangan di kala hujan dalam puisi "Hujan-hujanan" (hal. 20); tentang beberapa hewan yang umum ada di desa dalam "Kambing Mbah Pandi" (hal. 4), "Anak Mentok Kakek" (hal. 12), "Kolam Ikan" (hal. 32). Pembaca juga diajak  menyatakan rasa cinta dan kasih kepada Ibu ("Ibuku Berwajah Rembulan", hal.1), pada nenek ("Kupanggili Nenek Malam Hari", hal. 14), dan ayah ("Ayahku", hal. 39). Tentunya masih banyak pula puisi lain yang tak kalah berhikmah.

Puisi untuk anak memang memerlukan  bahasa yang lugas dan sederhana. Selain itu perlu ditunjang dengan ilustrasi yang memadai. Untuk kriteria tersebut di atas, telah mampu dijawab oleh buku ini. Sehingga menurut saya buku ini layak menjadi rekomendasi untuk dibaca dan dikoleksi para pembaca. (*)

Cilacap, 230120

1 komentar:

  1. KerenπŸ‘πŸΎπŸ‘πŸΎπŸ‘πŸΎ

    BalasHapus