Cari Blog Ini

Jumat, 24 April 2020

Ini yang Dilakukan Warga Cilacap Jelang Ramadhan Tahun Ini


Sebatang Pohon Johar di Pemakaman Karang Suci. Dokpri.

Assalamu'alaikum Wr Wb.

Sobat, Alhamdulillah kita akan memasuki gerbang bulan Ramadhan. Segala kebaikan nan berlimpah, sebagaimana janji Allah SWT, tentu saja tidak akan berubah meskipun kita tengah berada di masa pandemi. Maka dari itu mari jaga semangat beribadah kita, Sobat! 😊

Btw, di tempat Sobat adakah tradisi yang biasanya dilakukan menjelang Ramadhan? Kalo di tempat saya namanya punggahan. Ini adalah tradisi di akhir bulan Sya'ban, di mana orang-orang pergi berziarah ke makam, guna mendoakan leluhur.

Tradisi yang rutin setiap tahun ini membuat TPU menjadi ramai didatangi peziarah lokal maupun luar kota. Hal ini tentu saja mendatangkan rezeki tiban bagi sebagian kalangan. Mereka yang turut mengais rezeki dari punggahan bakal menjadi pemandangan khas tersendiri. Contohnya di sepanjang jalan menuju pemakaman, berderet sejumlah kaum wanita yang menjajakan kembang sebagai taburan di atas kuburan. Masih ditambah lagi para pedagang makanan, juru parkir dadakan, tukang bersih-bersih kuburan, dan pengemis cilik di dalam TPU Karang Suci yang luas tersebut. Pokoknya rame!

Namun bukankah tahun ini berbeda?  Kita tengah berada di bawah bayang-bayang pandemi virus.  Ada larangan mudik, membentuk kerumunan massa,  serta himbauan untuk tetap di rumah terkecuali memang ada keperluan mendesak. Jangan-jangan tak ada warga yang melakukan punggahan tahun ini, sebagaimana ditiadakannya shalat tarawih berjamaah di masjid. Duh, terbayang di pelupuk saya betapa merananya para penjual kembang itu. 😣

Karena merasa penasaran, maka saya bertekad melihat sendiri suasana di dekat TPU Karang Suci. Kebetulan jaraknya tidak begitu jauh dari rumah saya, ya sekira 300 meter. Saya berjalan santai saja, melintasi gang-gang, lalu ke jalan Brantas, dan berhenti di pinggir lapangan Karang Suci. Apa yang saya lihat benar-benar di luar dugaan!

Di timpa sinar mentari sore, beberapa penjual  bunga di pinggir jalan terlihat semringah. Salah seorang saya kenal, dia tetangga saya. Kami mengobrol singkat dalam bahasa Jawa. Demi kemudahan percakapan tersebut saya terjemahkan.

"Habis kembangnya, Bu?"

"Habis!" Dia menjawab gembira. Kedua tangannya menanting tampah kosong, wajahnya kemerah-merahan terpapar panas matahari. Kemungkinan besar dia berjualan sejak siang terik tadi.

"Gimana, tetap rame nggak, Bu?"

"Tetap rame, koh. Ini kan punggahan, setahun sekali, jadi orang-orang tetap nyekar," urainya bersemangat.
"Kecuali kalo Kamis Wage, yang nyekar sekarang sepi."

Seorang peziarah berhenti sejenak membeli kembang di pinggir jalan Brantas. Dokpri.


Ya, yang diucapkannya memang betul. Kendaraan bermotor yang ditumpangi para peziarah terlihat menyesaki jalan Brantas hingga perempatan jalan Karang Suci. Beberapa mobil pun diparkir di pinggir jalan. Hah! Semangat orang-orang untuk berziarah kubur sebelum Ramadhan tiba nyatanya tak surut dalam situasi pandemi ini.

Beberapa petugas duduk di pos jaga sederhana, mengawasi lalu lalang peziarah. Dokpri.


Bedanya adalah, orang-orang yang datang itu hampir semua memakai masker. Kemudian tepat di mulut jalan Kolam Sari yang menuju pemakaman, ada beberapa petugas bermasker dan bersarung tangan, mengarahkan orang-orang untuk mencuci tangan di situ. Kendaraan bermotor pun tak diperbolehkan masuk ke dalam areal pemakaman, melainkan diparkir di tepi lapangan.


Sebagian kecil kendaraan yang diparkir di pinggir lapangan. Dokpri.

Saya kira inilah bentuk kearifan lokal warga setempat. Di tengah situasi yang kurang bersahabat pun mereka tetap mengingati dan mengirim doa pada para leluhur, atau sanak kadang yang telah meninggal. Demi hal tersebut mereka pun berkompromi untuk menyiasati keadaan. Siapa yang kuasa melarang?

Petang sebentar lagi tiba.  Saya lalu beranjak pulang. Ah, semoga semua segera membaik seperti semula. (*)

Cilacap, 230420

#Day4
#BPNRamadanDay2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar