Cari Blog Ini

Minggu, 26 April 2020

Ketika Memberi Berpasangan dengan Menerima

Memberi dan Menerima| Pixabay

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Sobat, pada fitrahnya manusia adalah makhluk yang penuh empati dan simpati. Hati manusia mudah tersentuh jika menyaksikan kenestapaan, ketidakberdayaan, atau  ketidakadilan yang dialami liyan. Secara alami manusia akan bereaksi, minimal dengan perubahan pada air mukanya.

Demikian pula di kondisi sekarang; di mana secara sosial, ekonomi,  kita sama-sama merasakan hajaran pandemi virus. Keprihatinan melihat kehidupan orang-orang yang lebih susah dari dirinya sendiri tetap timbul ke permukaan. Maka bermunculanlah usaha penggalangan bantuan, untuk diberikan pada mereka yang terdampak pageblug; orang-orang yang rentan ekonominya, dan mereka yang memang pantas dibantu supaya tetap berdiri tegak.

Belum terhitung perorangan yang berinisiatif bergerak sendiri, menyumbangkan apa saja yang ia bisa entah suplai nasi bungkus, atau sepaket bahan makanan pokok langsung pada tetangga kanan-kiri, misalkan.

Semua tindakan itu dilakukan atas dasar kemanusiaan.  Nilai utama yang menerabas sekat-sekat suku, agama, ras, dan antar golongan. Sesuatu yang masih menerbitkan rasa hangat dalam hati kita.

Pesan Lewat WhatsApp

Belum lama ini sebuah pesan WhatsApp dari Ibu Gurunya Hanna masuk ke grup kelas. Seperti biasa beliau memberikan rincian tugas dari sekolah untuk dikerjakan di rumah. Namun sekali itu ada tambahan lainnya. Kami selaku wali murid diharapkan ke sekolah pada hari Senin lusa, guna membayar komite bulanan (yang terpaksa tertunggak dua-tiga bulan akibat sekolah diliburkan), LKS tema 8, rapot bayangan, dan barang/uang sebagai sumbangan sukarela.

Poin terakhir itu menarik. Setelah beberapa penjelasan lebih lanjut dari beliau, rupa-rupanya pihak sekolah Hanna berinisiatif melakukan pengumpulan bantuan dari wali murid bagi keluarga yang terdampak perekonomiannya oleh si kopidnentin. Penggalangan bantuan bersifat tidak mengikat, alias sesuai kemampuan wali murid saja. Andaikata tidak ikut menyumbang pun tak mengapa. Para wali murid lainnya menanggapi positif.

Singkat cerita, pada hari yang ditentukan kami pergi ke sekolah. Tentu saja pihak sekolah mematuhi anjuran pemerintah. Wali murid tidak diperkenankan bergerombol, melainkan tertib satu per satu masuk ke ruangan. Tidak ada salaman. Pertemuan pun singkat saja. Dan paling utama, kami semua mengenakan masker.

Saya sempat memindai aneka barang sumbangan dari wali murid. Ada beras, mi instan, minyak, gula, masker. Ada pula yang menyumbang sejumlah uang. Usai keperluan dengan pihak sekolah, saya langsung pulang.

Keesokan harinya sumbangan itu didistribusikan kembali kepada sejumlah wali murid yang dipandang membutuhkannya. Lagi-lagi, gurunya Hanna mengirim pesan WhatsApp, tetapi kali ini langsung kepada penerima bantuan.

Sekali lagi, sejumlah wali murid tertentu, mengenakan masker mereka dan pergi ke sekolahan. (*)

Cilacap, 250420

#Day6
#BPNRamadan2020

2 komentar:

  1. Jika kita ambil sisi positif covid19 ini, kita bisa lihat adanya gotong royong dan kebaikan banyak orang ya mbak. Saling bantu sesama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mbak. Memunculkan sisi kemanusiaan dalam diri kita

      Hapus